Pada Hakikatnya Jodoh merupakan Cerminan dari Diri Sendiri, Maka menjadi Baiklah Karena Allah
Pada Hakikatnya Jodoh merupakan Cerminan dari Diri Sendiri, Maka menjadi Baiklah Karena Allah - Mungkin di era sekarang ini, cukup susah untuk mendapatkan seseorang untuk dijadikan pasangan hidupnya yang masih ting-ting alias belum pernah pacaran. Bahkan nyari dipesantren saja belum tentu dapat. Karena beberapa pesantren pun santri dan santriwatinya ada yang pacaran dan tidak diketahui. Meskipun itu tidak semua santrinya, hanya oknum santri saja yang melakukan itu.
Selepas mengetahui bahwa seorang yang baik hanya untuk yang baik dan seorang yang buruk hanya untuk yang buruk. Mungkin di antara kita ada yang baru tergerak hatinya untuk berubah, mungkin di antara kita ada yang baru tersentuh hatinya untuk berhijrah. Agar nantinya juga mendapatkan seorang jodoh yang konsisten dalam hijrah.
Bukankah jika mempunyai visi misi sama, akan mudah berjalan beriringan dan saling menguatkan? bisa saling mengingatkan juga, jika masing-masing melakukan suatu kesalahan.
Silahkan Baca : Sudah Pantaskah Aku Dihatimu?
Sejak lama hati kita memang mendambakan seorang jodoh yang baik agamanya, mengidamkan sesosok jodoh yang elok perilakunya, dan menginginkan sesosok jodoh yang indah budi pekertinya. Karena sebab itulah bermula niat untuk memperbaiki dan memantaskan diri hanya karena ingin mendapatkan jodoh yang baik dari-Nya, bukan karena mengharapkan ridha dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Memang pada hakikatnya, jodoh adalah cerminan diri dan jodoh adalah gambaran diri. Perbaiki niatmu, sebab menjadi baik bukan agar mendapat jodoh yang baik. Namun, harus atas dasar rasa cinta kita kepada Allah? Bukankah baik jika berubah atas dasar rasa taat kepada Allah? Jangan berpura-pura baik hanya karena ingin mendapatkan jodoh yang baik.
Nanti kalo dapet jodoh yang pura-pura baik juga gimana hayo? kan ngeri, makanya menjadi baiklah atas dasar rasa cinta dan taat kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Terus perbaiki diri karena mengharap ridha Allah semata Yakinlah, bahwa selepas itu jodoh yang baik akan datang menjemputmu.
Seperti dalam sebuah hadits :
"Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (akan diterima) sebagai hijrah karena Allah dan Rasul-Nya dan barangsiapa yang niat hijrahnya untuk dunia yang akan diperolehnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu pun akan sampai kepada apa yang diniatkannya." (HR. Bukhari & Muslim)
Silahkan Baca : Sebenarnya Jodoh itu Dicari atau Dinanti ?
Memang bukan sebuah hal yang mudah, disaa menginginkan jodoh tapi mengharapkan ridho Allah, bukan mengharapkan jodohnya yang utama. Karena sebagian jika sudah sangat mengharapkan jodoh, dalam hati, setiap berdoa pun akan ada dalam bayangan dalam pikiran dan hati soal jodoh.
Bahkan menjadikan yang utama dalam doa adalah jodoh, bukan lagi ridho Allah. Berat, memang berat jika hati dan pikiran fokusnya sama Allah disaat keinginan untuk menikah itu sudah tinggi. Hanya dengan sebuah kesabaran dan keikhlasan sebagai pengukur rasa cintanya pada Allah.
Jangan lupakan Allah, dalam setiap istikharahmu dalam menentukan bahwa ia akan kuterima menjadi jodohku di dunia untuk akherat.
Selepas mengetahui bahwa seorang yang baik hanya untuk yang baik dan seorang yang buruk hanya untuk yang buruk. Mungkin di antara kita ada yang baru tergerak hatinya untuk berubah, mungkin di antara kita ada yang baru tersentuh hatinya untuk berhijrah. Agar nantinya juga mendapatkan seorang jodoh yang konsisten dalam hijrah.
Bukankah jika mempunyai visi misi sama, akan mudah berjalan beriringan dan saling menguatkan? bisa saling mengingatkan juga, jika masing-masing melakukan suatu kesalahan.
Silahkan Baca : Sudah Pantaskah Aku Dihatimu?
Sejak lama hati kita memang mendambakan seorang jodoh yang baik agamanya, mengidamkan sesosok jodoh yang elok perilakunya, dan menginginkan sesosok jodoh yang indah budi pekertinya. Karena sebab itulah bermula niat untuk memperbaiki dan memantaskan diri hanya karena ingin mendapatkan jodoh yang baik dari-Nya, bukan karena mengharapkan ridha dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Memang pada hakikatnya, jodoh adalah cerminan diri dan jodoh adalah gambaran diri. Perbaiki niatmu, sebab menjadi baik bukan agar mendapat jodoh yang baik. Namun, harus atas dasar rasa cinta kita kepada Allah? Bukankah baik jika berubah atas dasar rasa taat kepada Allah? Jangan berpura-pura baik hanya karena ingin mendapatkan jodoh yang baik.
Nanti kalo dapet jodoh yang pura-pura baik juga gimana hayo? kan ngeri, makanya menjadi baiklah atas dasar rasa cinta dan taat kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Terus perbaiki diri karena mengharap ridha Allah semata Yakinlah, bahwa selepas itu jodoh yang baik akan datang menjemputmu.
Seperti dalam sebuah hadits :
"Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (akan diterima) sebagai hijrah karena Allah dan Rasul-Nya dan barangsiapa yang niat hijrahnya untuk dunia yang akan diperolehnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu pun akan sampai kepada apa yang diniatkannya." (HR. Bukhari & Muslim)
Silahkan Baca : Sebenarnya Jodoh itu Dicari atau Dinanti ?
Memang bukan sebuah hal yang mudah, disaa menginginkan jodoh tapi mengharapkan ridho Allah, bukan mengharapkan jodohnya yang utama. Karena sebagian jika sudah sangat mengharapkan jodoh, dalam hati, setiap berdoa pun akan ada dalam bayangan dalam pikiran dan hati soal jodoh.
Bahkan menjadikan yang utama dalam doa adalah jodoh, bukan lagi ridho Allah. Berat, memang berat jika hati dan pikiran fokusnya sama Allah disaat keinginan untuk menikah itu sudah tinggi. Hanya dengan sebuah kesabaran dan keikhlasan sebagai pengukur rasa cintanya pada Allah.
Jangan lupakan Allah, dalam setiap istikharahmu dalam menentukan bahwa ia akan kuterima menjadi jodohku di dunia untuk akherat.
Oleh Nadhillah Gayvani
Editor : Yogi PermanaJodoh bukan mau atau tidak mau, tapi serius atau tidak karena Allah