Pelajaran Berharga dari Bapak Penjaga Angkringan
Kenapa dinamakan Angkringan, karena berasal dari kata "nangkring" (bahasa jawa) yang bermakna duduk santai serta biasanya kaki diangkat satu.
Warung ini mempunyai menu yang sangat merakyat, mulai dari nasi kucing (porsinya seperti makanan kucing. hehehe...), sate telor, sate usus, sate ayam, gorengan (tahu, tempe, bakwan), krupuk, minumannya jahe, jahe susu, dan sebagainya yang merakyat dan sama sekali tidak terkesan mewah.
Asik buat ngobrol, baik dengan sahabat, maupun dengan orang lain yang sama-sama lagi ngangkring (bahasa orang yang lagi di warung angkringan), kekeluargaannya pun dapat.
Tetapi bukan angkringannya yang mau saya ceritakan, tetapi mengenai penjualnya. Sangat luar biasa.
Jadi ceritanya begini, Sore ini saya berteduh di sebuah angkringan di Jalan Palagan, Yogyakarta.
Sembari menunggu hujan reda apa salahnya sambil menikmati hidangan yang ada di angkringan. Tak lama kemudian datang sepasang suami istri, kelihatan sih orang kaya. Mereka berdua mampir ngangkring juga, setelah selesai dan sudah membayar, keduanya pergi.
Tapii........ tiba...tiba........
Bapak penjaga Angkringannya berteriak, "aduuuuh....aku salah nyusuk'i, piye iki?" (Aduuuuh.. aku salah ngasih kembaliannya, bagaimana ini?).
Silahkan Baca : Gara-gara Ceroboh, Seekor Ular Kehilangan Kenikmatannya
Bapak penjual angkringan berkata lagi, "susuk'e kurang 10 ribu iki". Kemudian bapak angkringan keluar mencari pembelinya, dan alhamdulillah pembelinya masih di dalam toko yang terletak disebelah warung angkringan.
Sembari menunggu hujan reda apa salahnya sambil menikmati hidangan yang ada di angkringan. Tak lama kemudian datang sepasang suami istri, kelihatan sih orang kaya. Mereka berdua mampir ngangkring juga, setelah selesai dan sudah membayar, keduanya pergi.
Tapii........ tiba...tiba........
Bapak penjaga Angkringannya berteriak, "aduuuuh....aku salah nyusuk'i, piye iki?" (Aduuuuh.. aku salah ngasih kembaliannya, bagaimana ini?).
Silahkan Baca : Gara-gara Ceroboh, Seekor Ular Kehilangan Kenikmatannya
Bapak penjual angkringan berkata lagi, "susuk'e kurang 10 ribu iki". Kemudian bapak angkringan keluar mencari pembelinya, dan alhamdulillah pembelinya masih di dalam toko yang terletak disebelah warung angkringan.
"Sering aku koyo ngene mas, nyusuk'i kurang ( Sering saya seperti ini mas, ngasih uang kembalian kurang", kata bapak penjaga angkringan.
Ya, wajar saja, karena setiap pembeli makannya banyak dan menu makanannya juga banyak. Jika mau membayar, mengatakan satu persatu makan apa misal, "Pak sudah, tadi makan nasi 2, sate usus 2, tempe goreng 3, krupuk, sate telor 1, sama es teh".
Penjual harus menjumlahkan dengan cepat, dan biasanya mereka lakukan itu tanpa kalkulator. Luar biasaa,.....
Penjual harus menjumlahkan dengan cepat, dan biasanya mereka lakukan itu tanpa kalkulator. Luar biasaa,.....
Tetapi yang mau saya sorot adalah mengenai kejujuran bapak penjaga Angkringan tersebut. Pembeli membayar lebih, tetep dikembalikan. Apa lagi pembelinya sudah pergi dan tak jarang yang menghitung kembali uangnya.
Padahal ya, bisa saja Penjaga Angkringan diam, biar dapatkan hasil yang lebih banyak tapi ternyata tidak.
Kejujuran memang sangat sulit bagi orang yang hatinya keras, hanya karena pemuasan keinginan. Sebuah pelajaran berharga dari seorang penjaga Angkringan
Silahkan Baca : Ini 5 Syarat Kamu Tidak Berdosa Saat Bermaksiat
Padahal ya, bisa saja Penjaga Angkringan diam, biar dapatkan hasil yang lebih banyak tapi ternyata tidak.
Kejujuran memang sangat sulit bagi orang yang hatinya keras, hanya karena pemuasan keinginan. Sebuah pelajaran berharga dari seorang penjaga Angkringan
Silahkan Baca : Ini 5 Syarat Kamu Tidak Berdosa Saat Bermaksiat
Bapak penjual angkringan tersebut memegang teguh sikap kejujurannya, warungnya pun selalu ramai, makanan yang ia jual selalu habis.
Belum lagi sifatnya yang ramah terhadap pembeli, ya walaupun tak semua penjaga angkringan seperti demikian. Keramahan dan kejujuran menjadi salah satu kunci dalam hidup.
Belum lagi sifatnya yang ramah terhadap pembeli, ya walaupun tak semua penjaga angkringan seperti demikian. Keramahan dan kejujuran menjadi salah satu kunci dalam hidup.
- Keramahan menunjukkan manusia sebagai makhluk sosial
- Keramahan menunjukkan rasa kekeluargaan
- Keramahan menunjukkan sebagai rasa menghormati
- Keramahan menunjukkan indahnya ukuwah
- Keramahan memberikan rasa nyaman bagi orang lain
- Kejujuran memberikan rasa percaya pada orang lain
- Kejujuran memberikan rasa bertanggung jawab karena dipercaya
- Kejujuran memberikan image positif pada diri dari pandangan orang lain
- Kejujuran membuat orang lain respect terhadap diri kita
Itu sedikit dari beberapa manfaat besar yang tak terasa langsung dari sifat Ramah dan Jujur. Demikian sifat dari bapak penjaga angkringan sehingga membuat warung angkringannya selalu ramai.
Belajar tak harus selalu di sekolah, tempat kursus, atau di pesantren karena belajar bisa dimana saja jika kamu sensitif dengan ilmu baru, dan pengalaman baru.
Penulis : Yogi Permana
Orang lain adalah guru yang berharga agar kita berpikir dalam kebaikan. Teruslah jujur meskipun itu mengurangi hasilmu tapi menambah nilaimu