Setelah Menggerutui Mayat, Akhirnya Mengalami Peristiwa Aneh
Cerita misteri kali ini di rumah sakit, seorang yang bekerja dibagian forensik. Forensik berbeda dengan stase besar yang ada jaga malamnya, stase ini jaganya On Call. Artinya tidak harus menetap di RS, tapi bila ada kasus, baik visum hidup ataupun visum mati, harus siap datang jam berapapun, walaupun tengah malam.
Saya punya teman satu grup, kita semua ngerti, bahkan dia akui sendiri kalau dia itu Grumpy (pengggerutu). Semua dikomentari sambil nggerutu. Kebanyakan negatif, jarang liat dia tersenyum sekalinya senyum, kaya orang lagi nyinyirin sesuaut. Tapi semua berubah dimalam itu.
Forensik memang kadang melelahkan, bila disatu hari yang sama datang kasus bertubi-tubi, dan dalam seminggu terakhir memang jadi ramai kasus. Kasus pembunuhan, tabaran, kebakaran, dan kasus penemuan jenazah yang meninggal karena tenggelam di suangi. Kasus penemuan jenazah yang meninggal karena tenggelam di suangai.
"Apai sih ini!!! Tidak habis-habis mayat berdatangan. "Ngrepotin yang masih idup aja!". Ia berkata sambil marah-marah. Dia tidak berbicara pada siapa-siapa, cuma bicara untuk dirinya sendiri, Tapi sambil ngerjain visum. Walaupun terus ngeluhin macem-macamcuma liatin aja dia dari jauh.
Silahkan Baca : Suara Keras Bayi Menangis DIbalik Pintu Garasi Rumah yang Gelap
Makin sore mulutnya makin somprall. Saya cuma berdua sama dia. Gerah banger sih ni ruangan, "elo sih udah mati Pak, enak tidak terasa gerah kan?", sambil nganggukin muka nunjuk ke salah satu jenazah disana, Saya sambil nulis neriakin " wooiii mulut woi".
Dia ngerjain lagi tugasnya, tapi tiba-tiba ngomong, "Untung kamu mati Pak, idung kamu udah copot. Seperti itu, gimana coba kalau masih hidup?". BRAKK!!
Saya gebrak meja, "tidak bisa dibilangin? kalau tidak ikhlas ngerjainnya ya saya aja sini!!!" Tapi dia tetep ngerjain. Bukan untuk pertama kali dia kayak gitu, cuma waktu barengan saya baru liat dia kaya gitu.Dan malam itu giliran kita berdua yang jaga On Call. Kosan kita pun berdeketan. Kring! telpo masuk dari mr. A, "ada kasus kecelakaan, ke RS sekarang juga".
Saya liat jam, tampak angka 01.30 a.m di Hp. Saya telpon temen saya itu, "Bro, bangun,cuci muka, berangkat!", "apaan sih gi, ngantuk nih. Aku nyusul, kamu duluan sajadeh. Mayat lagi, mayat lagi". Saya tutup telponnya, takut mual dengerin dia ngomong lebih panjang.
Saya berangkat ke IGD, jalanan dari kosan kami menuju RS memang gelap sekali, bukan jalanan aspal, karena posisinya di belakang RS. Dalam 10 menit saya sampai di IGD.
Silahkan Baca : Suara Gending Jawa Terdengar di Kamar Kos-Kosan
Kosan kami berbentuk rumah petak, di depannya, lapangan tempat parkir mobil kami. Teman saya berangkat, dia keluar kamar kosan. Ketika keluar tiba-tiba pintu kosan terkunci, dan dia tidak bisa masuk lagi. Dia berkerenyit aneh, dia coba masukin kuncinya berkali-kali, tetep tidak bisa masuk.
Dia bergidik, balik badan dan berangkat ke RS. Baru beberapa langkah, BRAKK!! Suara membanting pintu terdengar dari arah kamar saya, dia kira saya masuk kamar, udah, udah selesai tugas terus marah sama dia karena tidak datang, dia balik menuju kamar saya.
"Gi", Dia manggil sambil ketok-ketok pintu. Tok tok tok, "Oi Gi". Tidak ada jawaban sama sekali. Tiba-tiba angin dingin berhembus dari arah belakang menyapu tengkuknya, seketika berdiri semua bulu kuduknya. Dia balik badan dan lari secepat kilat ke rumah sakit.
Dia melewati rimbunan pohon bambu menjuntai, menyerupai dinding lengkung yang mengeluarkan suara gemertakan saat terkena angin. Saat dia berlari, terdengar suara derap langkah dari arah belakangnya. Bukan derap langkah satu orang, melainkan beberapa orang.
Dia menlihat ke belakang, hanya ada kegelapan. Dia berlari semakin cepat, tapi emakin cepat pual langkah itu datang seperti akan menyusulnya. Rasa takutpun mulai menjalar keseluruh sendi-sendinya.
Silahkan Baca : Rumah Budhe yang Kosong, Menyisakan Kengerian
Ketika masuk ke pintu belakang RS, suaranya menghilang. Suara derap langkah yang mengikutinya, yang terdengar hanya suara langkahnya sendiri. Dia menelpon saya, saya angkat, tapi tidak ada suaranya. Dia jalan lagi tpi salah arah, bukan ke IGD depan. Tapi menuju kamar jenazah di belakang.
Bagian belakang rumah sakit saat itu sangat sepi, tak hanya sepi tapi juga mencekam. Tidak ada suara, dia melewati lorong-lorong panjang menuju kamar jenazah. Udara dingin tiba-tiba menyergap tubuhnya. Dia lari lagi sekuat tenaga. Saat berlari, lampu lorong tiba-tiba mati satu persatu, mati setiap dia lewati. Hati dan jiwanya benar-benar tercekam, keringet dingin membasahi wajahnya, tubuhnya terus berlari menuju lampu yang masih menyala dan itu menuju ruang Otopsi.
Sampai lampu terakhir, dia terpeleset dan jatuh ke depan meja otopsi dengan hanya tertahan oleh kedua tangan di sisi meja. Dihadapan eajahnya terlihat jenazah dengan mulut menganga dan kepala terbelah dua. "HUAAAAAAAAA!!" dia menjerit sekuat tenaga, hanya dia sendiri yang mendengarnya....
Saya dari IGD jalan balik menuju ruang forensik karena buku jaga ada disana, saya lihat salah satu sendal teman saya ada di bawah plang forensik, saya lari ke dalam untuk mengecek, "Bro kamu dimana?".
Ketika saya masuk, saya liat dia berdiri mematung dipojokan dengan mata lebar, badan gemeteran, mulut menganga, dan celana basah penuh sama pipisnya. Dia liat saya, "Gia!!" Suaranya terdengar parau, dia langsung lari memeluk saya, dengan celana yang basah karena pipisnya.
Silahkan Baca : Menginap Di Rumah Kosong selama 4 Bulan, Ternyata pernah ada yang Meninggal dan Dikubur Disana
Dia nangis sekenceng-kencengnya, selega-leganya, sambil cegugukan menyebut, "astaghfirullah" berkali-kali. Saya tidak berani nanya ada apa, saya mikri saya harus ganti baju abis ini.
Dua laki-laki dewasa peluakn malam-malam di ruang jenazah, emang harusnya tidak perlu diceritain ke siapapun. Tapi memang ada pelajaran yang idak masuk ke otak kita, jika hanya dengan ucapan.
Konsulen udah bialng, hargai jenazah, kerja ikhlas. Tapi hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Pengalaman teman saya ini jadi contohnya, khususnya buat adek-adek mahasiswa kedokteran atau calon koas forensik.
Semoga kalian bisa mengambil hikmahnya, tidak perlu kalian sampai mengalami hal yang sama, tidak perlu kalian diingatkan oleh selain manusia. Hormati sesama, baik yang bernyawa maupun tidak.
Di forensik saya belajar, betapa tipisnya benang nyawa kita dan tidak ada yang menjamin besok kita masih hidup. Terlalu banyak contoh orang-orang yang meninggal seperti kaya "belum waktunya". Kita sekarang masih hidup dan itu sudah cukup utnuk terus bersyukur.
Dan seperti janji Allah pada surah Ibrahim ayat tujuh. "....Lainsyakartum la'aziidannamuk.." Artinya jika kalian bersyukur pasti akan Aku tambah nikmatKu".
Selain itu juga, menjaga lisan terhadap omongan yang tidak baik memang sangat dibutuhkan, bukan agar tidak menyakiti orang lain, melainkan untuk mejaga diri sendiri kita agar selalu baik, serta aman dan nyaman.
Silahkan Baca :
Saya punya teman satu grup, kita semua ngerti, bahkan dia akui sendiri kalau dia itu Grumpy (pengggerutu). Semua dikomentari sambil nggerutu. Kebanyakan negatif, jarang liat dia tersenyum sekalinya senyum, kaya orang lagi nyinyirin sesuaut. Tapi semua berubah dimalam itu.
Forensik memang kadang melelahkan, bila disatu hari yang sama datang kasus bertubi-tubi, dan dalam seminggu terakhir memang jadi ramai kasus. Kasus pembunuhan, tabaran, kebakaran, dan kasus penemuan jenazah yang meninggal karena tenggelam di suangi. Kasus penemuan jenazah yang meninggal karena tenggelam di suangai.
"Apai sih ini!!! Tidak habis-habis mayat berdatangan. "Ngrepotin yang masih idup aja!". Ia berkata sambil marah-marah. Dia tidak berbicara pada siapa-siapa, cuma bicara untuk dirinya sendiri, Tapi sambil ngerjain visum. Walaupun terus ngeluhin macem-macamcuma liatin aja dia dari jauh.
Silahkan Baca : Suara Keras Bayi Menangis DIbalik Pintu Garasi Rumah yang Gelap
Makin sore mulutnya makin somprall. Saya cuma berdua sama dia. Gerah banger sih ni ruangan, "elo sih udah mati Pak, enak tidak terasa gerah kan?", sambil nganggukin muka nunjuk ke salah satu jenazah disana, Saya sambil nulis neriakin " wooiii mulut woi".
Dia ngerjain lagi tugasnya, tapi tiba-tiba ngomong, "Untung kamu mati Pak, idung kamu udah copot. Seperti itu, gimana coba kalau masih hidup?". BRAKK!!
Saya gebrak meja, "tidak bisa dibilangin? kalau tidak ikhlas ngerjainnya ya saya aja sini!!!" Tapi dia tetep ngerjain. Bukan untuk pertama kali dia kayak gitu, cuma waktu barengan saya baru liat dia kaya gitu.Dan malam itu giliran kita berdua yang jaga On Call. Kosan kita pun berdeketan. Kring! telpo masuk dari mr. A, "ada kasus kecelakaan, ke RS sekarang juga".
Saya liat jam, tampak angka 01.30 a.m di Hp. Saya telpon temen saya itu, "Bro, bangun,cuci muka, berangkat!", "apaan sih gi, ngantuk nih. Aku nyusul, kamu duluan sajadeh. Mayat lagi, mayat lagi". Saya tutup telponnya, takut mual dengerin dia ngomong lebih panjang.
Saya berangkat ke IGD, jalanan dari kosan kami menuju RS memang gelap sekali, bukan jalanan aspal, karena posisinya di belakang RS. Dalam 10 menit saya sampai di IGD.
Silahkan Baca : Suara Gending Jawa Terdengar di Kamar Kos-Kosan
Kosan kami berbentuk rumah petak, di depannya, lapangan tempat parkir mobil kami. Teman saya berangkat, dia keluar kamar kosan. Ketika keluar tiba-tiba pintu kosan terkunci, dan dia tidak bisa masuk lagi. Dia berkerenyit aneh, dia coba masukin kuncinya berkali-kali, tetep tidak bisa masuk.
Dia bergidik, balik badan dan berangkat ke RS. Baru beberapa langkah, BRAKK!! Suara membanting pintu terdengar dari arah kamar saya, dia kira saya masuk kamar, udah, udah selesai tugas terus marah sama dia karena tidak datang, dia balik menuju kamar saya.
"Gi", Dia manggil sambil ketok-ketok pintu. Tok tok tok, "Oi Gi". Tidak ada jawaban sama sekali. Tiba-tiba angin dingin berhembus dari arah belakang menyapu tengkuknya, seketika berdiri semua bulu kuduknya. Dia balik badan dan lari secepat kilat ke rumah sakit.
Dia melewati rimbunan pohon bambu menjuntai, menyerupai dinding lengkung yang mengeluarkan suara gemertakan saat terkena angin. Saat dia berlari, terdengar suara derap langkah dari arah belakangnya. Bukan derap langkah satu orang, melainkan beberapa orang.
Dia menlihat ke belakang, hanya ada kegelapan. Dia berlari semakin cepat, tapi emakin cepat pual langkah itu datang seperti akan menyusulnya. Rasa takutpun mulai menjalar keseluruh sendi-sendinya.
Silahkan Baca : Rumah Budhe yang Kosong, Menyisakan Kengerian
Ketika masuk ke pintu belakang RS, suaranya menghilang. Suara derap langkah yang mengikutinya, yang terdengar hanya suara langkahnya sendiri. Dia menelpon saya, saya angkat, tapi tidak ada suaranya. Dia jalan lagi tpi salah arah, bukan ke IGD depan. Tapi menuju kamar jenazah di belakang.
Bagian belakang rumah sakit saat itu sangat sepi, tak hanya sepi tapi juga mencekam. Tidak ada suara, dia melewati lorong-lorong panjang menuju kamar jenazah. Udara dingin tiba-tiba menyergap tubuhnya. Dia lari lagi sekuat tenaga. Saat berlari, lampu lorong tiba-tiba mati satu persatu, mati setiap dia lewati. Hati dan jiwanya benar-benar tercekam, keringet dingin membasahi wajahnya, tubuhnya terus berlari menuju lampu yang masih menyala dan itu menuju ruang Otopsi.
Sampai lampu terakhir, dia terpeleset dan jatuh ke depan meja otopsi dengan hanya tertahan oleh kedua tangan di sisi meja. Dihadapan eajahnya terlihat jenazah dengan mulut menganga dan kepala terbelah dua. "HUAAAAAAAAA!!" dia menjerit sekuat tenaga, hanya dia sendiri yang mendengarnya....
Saya dari IGD jalan balik menuju ruang forensik karena buku jaga ada disana, saya lihat salah satu sendal teman saya ada di bawah plang forensik, saya lari ke dalam untuk mengecek, "Bro kamu dimana?".
Ketika saya masuk, saya liat dia berdiri mematung dipojokan dengan mata lebar, badan gemeteran, mulut menganga, dan celana basah penuh sama pipisnya. Dia liat saya, "Gia!!" Suaranya terdengar parau, dia langsung lari memeluk saya, dengan celana yang basah karena pipisnya.
Silahkan Baca : Menginap Di Rumah Kosong selama 4 Bulan, Ternyata pernah ada yang Meninggal dan Dikubur Disana
Dia nangis sekenceng-kencengnya, selega-leganya, sambil cegugukan menyebut, "astaghfirullah" berkali-kali. Saya tidak berani nanya ada apa, saya mikri saya harus ganti baju abis ini.
Dua laki-laki dewasa peluakn malam-malam di ruang jenazah, emang harusnya tidak perlu diceritain ke siapapun. Tapi memang ada pelajaran yang idak masuk ke otak kita, jika hanya dengan ucapan.
Konsulen udah bialng, hargai jenazah, kerja ikhlas. Tapi hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Pengalaman teman saya ini jadi contohnya, khususnya buat adek-adek mahasiswa kedokteran atau calon koas forensik.
Semoga kalian bisa mengambil hikmahnya, tidak perlu kalian sampai mengalami hal yang sama, tidak perlu kalian diingatkan oleh selain manusia. Hormati sesama, baik yang bernyawa maupun tidak.
Di forensik saya belajar, betapa tipisnya benang nyawa kita dan tidak ada yang menjamin besok kita masih hidup. Terlalu banyak contoh orang-orang yang meninggal seperti kaya "belum waktunya". Kita sekarang masih hidup dan itu sudah cukup utnuk terus bersyukur.
Dan seperti janji Allah pada surah Ibrahim ayat tujuh. "....Lainsyakartum la'aziidannamuk.." Artinya jika kalian bersyukur pasti akan Aku tambah nikmatKu".
Selain itu juga, menjaga lisan terhadap omongan yang tidak baik memang sangat dibutuhkan, bukan agar tidak menyakiti orang lain, melainkan untuk mejaga diri sendiri kita agar selalu baik, serta aman dan nyaman.
Silahkan Baca :
- Cara Promosi Produk Affiliate untuk Meningkatkan Penjualan
- Perlukah Mengetahui Perbedaan Domain .Com .Net dan .Id ?
- Belajar Affiliate untuk Pemula
Doa kami, Semoga rezeki berlimpah untuk sobat semua hari ini. Aamiin