Masih Eksisnya Pabrik Rokok Sintren Gombong dengan Historicalnya
Berdiri pada tahun 1950 di Gombong, oleh Bapak Agus Sugianto, Pabrik Rokok Sintren Gombong mengalami masa jayanya pada tahun 1970 s.d 1980
Atmosterku.com | Masih Eksisnya Pabrik Rokok Sintren Gombong dengan Historicalnya - Seharusnya saya menulis artikel ini dari dulu, wong jalan-jalannya juga udah dari dulu. Tapi karena the power of males, jadinya baru sempet nulis sekarang ini. Temen-temen yang melakukan perjalanan bareng sudah menulis panjang lebar dan begitu detail nan ciamik.
Sekarang tinggal saya, meskipun telat tapi tak mengapa ya? kata pepatah bijak banget menuturkan bahwa "Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali". Akh saya hanya banyak alasan saja ya...hehe
Jadi beberapa waktu silam, Rumah Martha Tilaar Gombong, Kebumen mengadakan city tour, yakni jalan-jalan ditempat-tempat yang menjadi warisan budaya gombong, Heritage trail, salah satunya menelusuri Pabrik Rokok Sintren Gombong yang hampir semua karyawannya adalah Lansia.
Berdiri pada tahun 1950 di Gombong, oleh Bapak Agus Sugianto. Seorang pengusaha berpranakan Tionghoa, yang kini sudah diwariskan pada anaknya.
Beliau mendirikan Pabrik Rokok Sintren, yang meproduksi rokok-rokok siong. Asal kita tau, bahwa rokok siong merupakan rokok kelembak menyan, dikarenakan bahan bakunya berupa kelembak dan menyan yang kemudian dilinting dengan menggunakan kertas (Papir).
Pabrik Rokok Sintren Gombong mengalami masa jayanya pada tahun 1970 s.d 1980. Saat itu pabrik ini mempekerjakan karyawan sekitar 1200 orang. Dan pasarnya menyebar sampai ke luar jawa. Namun, dengan perkembangan zaman yang semakin maju, dan rokokpun semakin berubah menjadi era-nya rokok kretek dan sekarang ditambah dengan rokok elektrik (vapor), prosuksinya menurun. Sekarang karyawannya tidak lebih dari 100 orang.
Pada tahun 1987 pak Edi Hendrawanto lulus kuliah di Fakultas Ekonomi Untar Jakarta, setahun kemudian beliau diamanati untuk memegang kendali Pabrik Rokok Sintren Gombong. Selama kurang lebih 2 tahun, Pak Edi di-training oleh ayahnya, Pak Agus Sugiyanto. Baru setelah 2 tahun itu, beliau dilepas untuk benar-benar memegang kendali Pabrik Rokok Sintren.
Pabrik Rokok Sintren dari depan, tidak terlihat sebuah Pabrik ya. (Photo : Yogi Permana) |
Anak ketujuh dari sembilan bersaudara ini tidak sendirian dalam menjalankan Pabrik Rokok Sintren, melainkan dibantu oleh dua saudaranya yakni Pak Budi Susanto yang mengurusi bagian bahan bakunya serta Pak Adi Hartanto yang mengurusi bagian kertas rokok dan saus rokoknya. Ketiganya saling bekerjasama, untuk terus menjalankan Pabrik ini agar tetap bisa memproduksi rokok kelembak menyan. Rokok yang sebagian orang menyebutnya sebagai rokok sajen. Karena sajen begitu identik dengan menyan.
Mungkin saja, konsumen rokok sintren ini tidak sepenuhnya 100 persen manusia ya, 20 persennya bisa jadi makhluk tak kasat mata menjadi konsumen loyalnya. Hehehehe..
Menurut Pak Edi, bahwa beliau belum pernah mengganti apalagi memecat para karyawannya. Meskipun lintingan rokok yang dihasilkan terus menurun karena para karyawannya dimakan usia. Hal ini sebagai bukti kepatuhan anak pada amanat dari orang tuanya.
Karyawan Pabrik Rokok Sintren bekerja sejak Pak Edi masih kecil hingga sekarang ini, usia mereka sekitar setengah abad lebih, rata-rata diatas 70 tahun. Bekerja dari usia sekitar 20 tahunan, bahkan beberapa sudah berusia 80 tahun dan masih bekerja dengan ngelinting rokok.
Ada tiga varian rokok yang Pak Edi jelaskan, yaitu Sintren, Bangjo, dan Togog. Masing-masing varian mempunyai segmentasi pasar, pasarnya berbeda-beda. Daerah pemasarannya meliputi, Magelang,Jawa Barat, Banyumas, Cilacap, Purwokerto, Sumatra khusunya wilayah Jambi.
Harga rokoknya sendiri Rp 52.000,- untuk 200 batang rokok yang diproduksi oleh Pabrik Rokok Sintren.
Setelah bercerita banyak tentang Pabrik Rokok Sintren dengan Pak Edi, saya diajak untuk menelisik lebih jauh dengan melihat setiap sudut Pabrik ini.
Baca Juga :
Wisata Air Watu Gong yang Berbau MISTIS!! tapi Tetep Mengasyikan | Wisata Baru di Yogyakarta Yang Wajib Anda Kunjungi |
Masuk ruangan pertama di samping sebelah kanan dari ruang utamanya, langsung disuguhkan pemandangan para karyawannya sedang melinting Rokok Sintren, yang notabene semuanya adalah lansia.
Duduk disebuah kursi kayu yang panjang, serta dihadapannya sebuah meja kayu panjang dengan bahan-bahan rokok diatasnya. Mereka duduk sambil melinting dengan trampilnya. Jauh dari fasilitas yang mewah, tapi mereka tetap menikmatiya.
Lihatlah, bagaimana mereka begitu konsentrasi dalam melinting rokok. Namun, tetap saja ditengah-tengah pekerjaan para karyawan yang keningnya terlihat guratan-guratan yang penuh dengan story ini selalu saja ada senda gurau. Kebanyakan dari karyawan yang tugasnya melinting rokok adalah wanita, entah kenapa bisa demikian? mungkin karena wanita setiap nglakuin pekerjaan selalu rapi ya.
Baju kebaya, pakai jarit, dan pakai penutup rambut khas simbah-simbah jaman dulu tanpa adanya sebuah seragam identitas karyawan layaknya Pabrik-pabrik di Ibu Kota sana.
Pak Edi juga mengatakan, para karyawan tidak ditarget dalam sehari ataupun sebulan. Jika sudah merasa lelah mereka sudah boleh pulang. Sesuai kemampuan mereka sajalah.
Karyawan disini semakin tahun semakin berkurang, bukan karena dipecat atau digantikan sama kaeyawan baru yang lebih muda. Namun, penyusutan karyawan terjadi karena dimakan usia, dan pensiun selamanya dalam hal ini meninggal dunia.
Kemudian berjalan memasuki ruang lain, di ruangan ini tempatnya papir atau kertas-kertas untuk membungkus (melinting) rokok. Di ruangan tersebut duduk seorang simbah, tanpa mengenakan baju, bercelana pendek, dan berambut putih. Beliau seorang karyawan yang bertugas memilah, mengecek, menata, dan merapikan kertas-kertas. Agar mempermudah tugas karyawan yang tugasnya melinting rokok.
Dari ruangan khusus memilah papir, saya berjalan kembali menuju ruang mesin pemotong tembakau. Disana terlihat pemandangan yang tidak saya bayangkan. Namanya ruang mesin pasti bising, dan mesinnya bagus-bagus, tapi saat kesana, tidak ada mesin yang beroperasi sehingga tidak terdengar kebisingan itu. Serta, disana terlihat mesin tua yang ukurannya cukup besar. Entah sudah berumur puluh tahun itu mesin, sebuah ruangan yang mempunyai nilai historical yang tinggi.
Baca Juga :
Tempat Wisata Murah di Kotagede Yogyakarta yang Menyenangkan | Menyusuri Goa Cerme yang Misterius, Melewati Sungai Bawah Tanah dalam Kegelapan |
Selain mesin, ada juga beberapa tampah dan cepon ( susah bahasa Indonesianya, tampah itu tempat nasi tumpeng yang dari bambu itu, kalau Cepon biasanya tukang jamu membawanya, yang digendong itu).
Dari ruangan mesin, saya berjalan menuju ruangan berikutnya yakni gudang, tempatnya bahan baku rokok. Dalam hal ini adalah Tembakau.
Di gudang, dalam ruangan yang cukup gelap dan penuh dengan bau tembakau, saya menjumpai seorang bapak tua yang sedang menimbang. Beliau bernama Pak Rasimin, dan beliau kelahiran tahun 1950 sama dengan tahun berdirinya Pabrik Rokok Sintren. Jadi bisa diperkirakan bukan, berapa umur beliau sekarang? 67 tahun, MashaaAllah. Bertugas mengontrol kualitas tembakaunya. Kalau dalam bahasa perusahaannya, beliau ini jabatannya adalah Quality Control.
Lihat lah foto diatas, dibelakang Pak Rasimin terlihat bertumpuk tembakau yang bakal menjadi rokok sintren setelah melewati beliau, sesuai standar ataukah tidak.
Baca Juga : Pertama Kali Tau Alat sederhana Untuk Memotong Tembakau Ketika Jalan-Jalan ke Karangsambung, Kebumen
Usia sudah lebih dari setengah abad tidak menyurutkan semangat beliau dalam bekerja. Kesederhanan dengan tatap muka yang ramah selalu ditunjukkan ketika ada wisatawan.
Setelah sedikit mengganggu Pak Rasimin yang sedang bekerja, saya pun mohon pamit pada beliau. Keluar dari gudang, berjalan melewati lorong menuju pintu keluar. Ditembok, ada beberapa sepeda tua yang disandarkan ditembok. Sepeda yang pasti juga mempunyai nilai historical yang tinggi, yang bisa jadi anak-anak sekarang ogah untuk mendengarkan kisah mereka selama mengayuh sepeda tersebut.
- Bagaimana seorang anak yang benar-benar menjaga amanah dari orang tua, untuk melanjutkan sebuah tonggak peradaban lama agar tetap berdiriDan masih banyak nilai-nilai lain yang didapatkan jika kamu berkunjung langsung ke Pabrik Rokok Sintren Gombong, Kebumen. Kamu akan menemukan nilai-nilai rasa yang tidak akan kamu temukan ditempat lain, tidak percaya? silahkan melakukan Historical Tour di Pabrik Rokok Sintren Gombong, Kebumen.
- Berawal dari sebuah amanah yang dipegang, Pak Edi selaku pimpinan Pabrik Rokok Sintren belum pernah mengganti ataupun memecat karyawannya. Disaat sekarang ini banyak Perusahaan yang menggunakan sistem kontrak atau outsourching. Dan bisa membuat karyawan bisa begitu loyalitas dengan bertahan bekerja sampai usianya senja.
- Selalu optimis dengan apa yang dimiliki, meskipun persaingan selalu muncul dengan adanya rokok kretek dan vapor
- Sikap ramah, murah senyum selalu ditunjukan oleh Pak Edi dan para karyawannya, yang mungkin sekarang ini jarang diperlihatkan dimana buruh pabrik stress dengan tingkat tekanan yang tinggi.
- Usia bukan menjadi sebuah halangan bagi mereka seperti Pak Rasimin untuk terus bergerak, untuk terus bekerja.
Rokok Sintren yang belum di rapikan. (Photo : Yogi Permana) |
Baca Juga : Video Pabrik Rokok Sintren Gombong, Kebumen
Doa kami, Semoga rezeki berlimpah untuk sobat semua hari ini. Aamiin