Esensi Hari Raya Idul Adha, Bukan hanya Hari Raya Kurban tapi juga tentang Kedermawanan
Dari kisah Nabi Ibrahim A.s, Esensi Hari Raya Idul Adha begitu luar biasa
blogkhususdoa.com |
Atmosterku.com | Esensi Hari Raya Idul Adha, Bukan hanya Hari Raya Kurban tapi juga tentang Kedermawanan - Tahun 2017 ini, Bill Gates menyumbangkan sekitar 4,6 juta dollar AS untuk kegiatan sosial. Hatinya benar-benar dermawan. Nilai donasi itu adalah nilai terbesar yang dikeluarkan oleh Bill Gates dalam 17 tahun terakhir!
Dan bagi umat muslim, juga ada kisah keteladanan luar biasa dengan sifat kedermawanannya, ia adalah khalifah Utsman Bin Affan r.a. Bagaimana tidak, hartanya digunakan untuk kemanusiaan juga untuk berjuang mempertahankan Islam. Dari membeli sumur untuk kepentingan kaum muslimin, membayar hutang seseorang karena kesholehannya sampai membebaskan hamba sahaya.
Jika dirupiahkan, jelas itu bisa menutup hutang luar negeri kita. Hehehe...
( Silahkan Baca : Buah Pare membuat Orang Berpikir untuk Mengolah Hidup menjadi Lebih Enak )
Kabarnya, sampai sekarang harta kekayaan Khalifah Utsman masih ada. Di Saudi Arabi ada satu rekening dengan nama Utsman Bin Affan, dan disimpan sampai saat ini. Luar biasa bukan?
Namun, Rezeki bukan sekedar uang. Sekali lagi, bukan.
Hati yang dermawan, kesehatan, jodoh, guru, dan sahabat, itu pun rezeki. Bahkan melebihi uang alias tak ternilai. Right? Tanpa kita sadari, justru dengan adanya hati yang dermawan, kesehatan, jodoh, guru, dan sahabat ini, kita dimudahkan mencari dan dicari uang.
Tepat hari raya Idul Adha ini, banyak orang menjadi pribadi yang dermawan. Bukan karena ia berkurban dengan jumlah hewan kurban yang banyak. Bukan itu saja esensi hari raya idul adha? memang itu jelas dermawan.
Tapi kedermawanan itu muncul dari para pengurus hewan kurban, menjaga, mencatat, menyembelih, mengolah, membagikan dagingnya, untuk kita juga pada pagi hari sebelum dilakukan penyembelihan sudah mempersiapkan diri untuk sholat Idul Adha. Itu juga bentuk kedermawanan.
Kedermawanan dalam hal menyumbangkan tenaga dan waktu untuk Allah, sejatinya itu yang harusnya kita terapkan dengan baik. Bukan hanya yang terlihat secara kasat mata saja.
( Silahkan Baca : Setelah Melangkah dan Setelah Memulai, Hendaknya Iringi Proses Hijrah dengan Ilmu )
Berlatihlah untuk lebih dermawan, dengan menjaga sholat wajib dan mengikuti segala aturannya. Karena teladan kedemawanan umat islam pun demikian. Selain menyumbangkan yang kasat mata, mereka juga menyumbangkan waktu dan tenaga untuk menegakkan Agama Allah.
Minimal, menegakkan untuk diri kita sendiri dan keluarga, karena lama-lama pun akan menyebar.
Luar biasa ya, essensi hari Idul Adha, dari seorang Nabi Ibrahim A.s dan Ismail A.s. Yang mencerminkan sikap kedermawaan. Nabi Ibrahim yang rela menyumbangkan (memberikan) anaknya untuk disembelih karena Allah, dan Nabi Ismail yang menyumbangkan (memberikan) dirinya untuk disembelih karena Allah. MashaaAllah, suri teladan yang lengkap dalam islam untuk kita.
Esensi hari raya idul adha merupakan bentuk kedermawanan yang diperlihatkan dalam history dari Idul Adha begitu besar dan bernilai. Kita sebagai generasi muslim, sudah semestinya mencontoh sifat-sifat suri tauladan terdahulu.
Untuk generasi sekarang, ketika kita diberi uang dan banyak, kita menyebutnya sebagai rezeki. Lalu kita pun bersyukur. Sampai-sampai kita terharu. Lha, saat diberi hati yang dermawan, kesehatan, jodoh, guru, dan sahabat, sudahkah kita bersyukur? Benar-benar bersyukur? sepertinya banyak dari kita yang melupakannya.
( Silahkan Baca : Cuma Empat Huruf, tapi Bisa Melipatgandakan Keberkahan dan Hasil )
Syukuri keberadaan guru dan sahabat kita. Salah satu caranya, dengan mendoakan mereka secara diam-diam. Saya ulang, secara diam-diam. Dengan cara ini, malaikat pun 'tak dapat menahan dirinya' untuk mendoakan kita. Insya Allah, itu nyata.
Hati yang dermawan? Ini pun tak terkira nilainya. Benar-benar rezeki. Jangan heran kalau kita segera menjadi hartawan sekiranya memiliki hati yang dermawan. Bersama, Mari kita terapkan!
Pustaka: WA Ippho Santosa
Dan bagi umat muslim, juga ada kisah keteladanan luar biasa dengan sifat kedermawanannya, ia adalah khalifah Utsman Bin Affan r.a. Bagaimana tidak, hartanya digunakan untuk kemanusiaan juga untuk berjuang mempertahankan Islam. Dari membeli sumur untuk kepentingan kaum muslimin, membayar hutang seseorang karena kesholehannya sampai membebaskan hamba sahaya.
Jika dirupiahkan, jelas itu bisa menutup hutang luar negeri kita. Hehehe...
( Silahkan Baca : Buah Pare membuat Orang Berpikir untuk Mengolah Hidup menjadi Lebih Enak )
Kabarnya, sampai sekarang harta kekayaan Khalifah Utsman masih ada. Di Saudi Arabi ada satu rekening dengan nama Utsman Bin Affan, dan disimpan sampai saat ini. Luar biasa bukan?
Namun, Rezeki bukan sekedar uang. Sekali lagi, bukan.
Hati yang dermawan, kesehatan, jodoh, guru, dan sahabat, itu pun rezeki. Bahkan melebihi uang alias tak ternilai. Right? Tanpa kita sadari, justru dengan adanya hati yang dermawan, kesehatan, jodoh, guru, dan sahabat ini, kita dimudahkan mencari dan dicari uang.
Tepat hari raya Idul Adha ini, banyak orang menjadi pribadi yang dermawan. Bukan karena ia berkurban dengan jumlah hewan kurban yang banyak. Bukan itu saja esensi hari raya idul adha? memang itu jelas dermawan.
Tapi kedermawanan itu muncul dari para pengurus hewan kurban, menjaga, mencatat, menyembelih, mengolah, membagikan dagingnya, untuk kita juga pada pagi hari sebelum dilakukan penyembelihan sudah mempersiapkan diri untuk sholat Idul Adha. Itu juga bentuk kedermawanan.
Kedermawanan dalam hal menyumbangkan tenaga dan waktu untuk Allah, sejatinya itu yang harusnya kita terapkan dengan baik. Bukan hanya yang terlihat secara kasat mata saja.
( Silahkan Baca : Setelah Melangkah dan Setelah Memulai, Hendaknya Iringi Proses Hijrah dengan Ilmu )
Berlatihlah untuk lebih dermawan, dengan menjaga sholat wajib dan mengikuti segala aturannya. Karena teladan kedemawanan umat islam pun demikian. Selain menyumbangkan yang kasat mata, mereka juga menyumbangkan waktu dan tenaga untuk menegakkan Agama Allah.
Minimal, menegakkan untuk diri kita sendiri dan keluarga, karena lama-lama pun akan menyebar.
Luar biasa ya, essensi hari Idul Adha, dari seorang Nabi Ibrahim A.s dan Ismail A.s. Yang mencerminkan sikap kedermawaan. Nabi Ibrahim yang rela menyumbangkan (memberikan) anaknya untuk disembelih karena Allah, dan Nabi Ismail yang menyumbangkan (memberikan) dirinya untuk disembelih karena Allah. MashaaAllah, suri teladan yang lengkap dalam islam untuk kita.
Esensi hari raya idul adha merupakan bentuk kedermawanan yang diperlihatkan dalam history dari Idul Adha begitu besar dan bernilai. Kita sebagai generasi muslim, sudah semestinya mencontoh sifat-sifat suri tauladan terdahulu.
Untuk generasi sekarang, ketika kita diberi uang dan banyak, kita menyebutnya sebagai rezeki. Lalu kita pun bersyukur. Sampai-sampai kita terharu. Lha, saat diberi hati yang dermawan, kesehatan, jodoh, guru, dan sahabat, sudahkah kita bersyukur? Benar-benar bersyukur? sepertinya banyak dari kita yang melupakannya.
( Silahkan Baca : Cuma Empat Huruf, tapi Bisa Melipatgandakan Keberkahan dan Hasil )
Syukuri keberadaan guru dan sahabat kita. Salah satu caranya, dengan mendoakan mereka secara diam-diam. Saya ulang, secara diam-diam. Dengan cara ini, malaikat pun 'tak dapat menahan dirinya' untuk mendoakan kita. Insya Allah, itu nyata.
Hati yang dermawan? Ini pun tak terkira nilainya. Benar-benar rezeki. Jangan heran kalau kita segera menjadi hartawan sekiranya memiliki hati yang dermawan. Bersama, Mari kita terapkan!
Pustaka: WA Ippho Santosa
Terima kasih ya telah menyempatkan waktu untuk membaca Esensi Hari Raya Idul Adha, Bukan hanya Hari Raya Kurban tapi juga tentang Kedermawanan.
Doa kami, Semoga rezeki berlimpah untuk sobat semua hari ini. Aamiin