Penanaman Mangrove: Bukan Euforianya tapi Tentang Menghidupkan Hati
Artikel dari Atmosferku.com mengenai salah satu wisata di Kabupaten Kebumen yakni Penanaman Mangrove: Bukan Euforianya tapi Tentang Menghidupkan Hati. Semoga menjadi salah satu destinasi selanjutnya bagi pembaca untuk berpiknik sambil belajar bersama keluarga maupu sahabat terbaik para pembaca.
Rabu 31 Agustus 2016 sebanyak 20.000 bibit mangrove ditanam secara serentak di muara Sungai Bodo kawasan Pantai Logending, Kecamatan Ayah, Kebumen. Bibit tanaman bakau tersebut ditanam oleh para peserta yang terdiri atas komunitas, pelajar dan para penyuluh kehutanan Jawa Tengah. Total ada lebih dari 3000 peserta meramaikan acara Kampanye Indonesia Menanam, padahal targetnya sekitar 2000an peserta. MashaaAllah..
Rabu 31 Agustus 2016 sebanyak 20.000 bibit mangrove ditanam secara serentak di muara Sungai Bodo kawasan Pantai Logending, Kecamatan Ayah, Kebumen. Bibit tanaman bakau tersebut ditanam oleh para peserta yang terdiri atas komunitas, pelajar dan para penyuluh kehutanan Jawa Tengah. Total ada lebih dari 3000 peserta meramaikan acara Kampanye Indonesia Menanam, padahal targetnya sekitar 2000an peserta. MashaaAllah..
Perlu diketahui bahwa Kawasan Sungai Bodo, di Kecamatan Ayah, Kebumen ini merupakan pengembangan Hutan Mangrove sekaligus telah menjadi salah satu obyek wisata di Kabupaten Kebumen. Kawasan Mangrove ini dinamakan JAMEC atau Javanese Mangrove Education Centre, merupakan wisata pendidikan alam yang berhubungan dengan mangrove dan ekosistem di hutan mangrove seperti burung, ikan, kerang, udang, dan masih banyak yang lainnya. Wisata Hutan Mangrove ini telah dibuka sejak Idul Fitri 2016 kemarin, dan luar biasa, langsung menjadi primadona wisata baru di Kebumen. Pembaharuan terus dilakukan, penambahan joging track dan penambahan tanaman mangrove dengan kegiatan penanaman 20.000 tanaman.
Kegiatan Indonesia Menanam sekaligus untuk memperingati HUT RI yang ke- 71, kegiatan ini diprakarsai oleh DPW Ikatan Penyuluh Kehutanan Indonesia(Ipkindo) Jawa Tengah dan bekerjasama dengan Komunitas Peduli Lingkungan Pantai Selatan (KPL Pensela) serta didukung oleh beberapa stakeholder sehinggga acara Indonesia Menanam dapat berlangsung secara lancar dan meriah.
BACA JUGA:
Sebelum peserta turun ke lapangan untuk menanam dilakukan apel terlebih dahulu. Panitia menjelaskan tentang kondisi medan, apa yang harus dipakai dan apa yang tidak perlu dipakai. Seperti tidak perlu membawa barang atau tas yang terlalu berat, begitu pula tidak perlu menggunakan sepatu sekolah. Panitia menyarankan menggunakan kaos kaki saja untuk melindungi kaki dari kerang. Sangat terlihat, pada saat apel, para peserta sudah sangat antusias seperti sudah tidak sabar untuk terjun kedalam lumpur tempat mangrove ditanam.
Anak-anak saat mengikuti apel |
Para pelajar bebaris dalam mengikuti apel |
Pelajar, Komunitas, maupun dari LSM dan Dinas berkumpul menjadi satu |
Saya pun ikut meramaikan bergabung bersama peserta yang lain berjuang ditengah lautan lumpur, saya berada di tengah para pelajar mulai dari SD hingga SMA termasuk para mahasiswa yang sangat antusias mengikuti kegiatan. Kegiatan dimulai dari pukul 13.00 dan selesai sekitar pukul 15.00. Dengan baju dan wajah penuh lumpur, anak-anak dilatih menanam bibit bakau di kompleks wisata edukasi mangrove yang berada di kawasan Pantai Logending, Ayah, Kebumen. Raut muka ceria, bahagia, terpancarkan pada wajah para peserta. Anak-anak saling dorong-mendorong satu sama lain, bercanda, dan kemudian tertawa bersama. Pemandangan yang mendamaikan hati kalau menurut saya, disana tidak ada emosi dalam bentuk amarah (atau saya kurang jeli melihatnya). Bukan hanya anak-anak sekolah saja, tapi guru-gurunya pun ikut mendampingi, ikut terjun memberikan contoh.
Turun ke lumpur sambil berpegangan akar mangrove |
Keceriaan bersama teman-teman di lumpur |
Keceriaan anak-anak saat pertama kali menginjak lumpur |
Ibu Gurunya pun ikut terjun memberikan contoh |
Anak-anak belajar dalam noda ditubuh mereka |
seorang anak menanam dengan penuh perasaan ^^ |
Pelajar, Komunitas, dan LSM bersama-sama menanam mangrove |
Tetap tersenyum meski badan penuh lumpur |
Seorang anak terjatuh saat berlari di lumpur |
Hari semakin sore, baru sekitar 1 jam proses penanaman berlangsung sudah mulai terlihat keterbatasan sebagai seorang manusia. Keterbatasan tersebut berupa rasa lelah, capek yang mendera para peserta terutama anak-anak. Disini pun mulai terlihat, bagaimana hati secara tiba-tiba mengubah keadaan. Bukan lagi menunggu panitia untuk bergerak, tetapi satu sama lain saling menolong.
.
Anak-anak mulai ada yang menangis lelah, ataupun kaki terluka kemudian ada beberapa peserta yang dewasa menggendong menuju perahu penolong. Bukan perkara yang mudah menggendong sambil berjalan di atas lumpur, tetapi itulah hati untuk sesama, ketika sudah hidup. Semua akan terasa mudah. Pemandangan tersebut pun berlanjut, peserta dari pelajar SMA ada yang sempat pingsan karena melihat darah yang keluar dari kakinya dan kelimpungan, sebagian mengangkat secara bersama-sama, dan sebagian memapah yang kelimpungan ke perahu penolong. Dengan kejadian banyak yang mulai kelelahan dan terluka, sebagian yang dewasa mulai mengawasi dan melindungi. Mereka mundur dan menunggu dibelakang, agar lebih mudah mengawasi anak-anak, berjaga-jaga ada yang kelelahan lagi.
Menggendong anak yang kelelahan menuju perahu |
Pemandangan saat saling bantu menaiki Joging Track |
Saling membantu menaikan anak-anak ke Joging Track |
Tidak sedikit dari peserta yang terluka kakinya akibat menginjak kerang maupun ranting-ranting dan potongan bambu didasar lumpur. Salutnya, tetap masih ada senyuman bahagia diwajah mereka meskipun sambil menahan rasa sakit. Saya dan sahabat saya pun mengalami seperti peserta yang lain, luka dan darah mengucur. So, tetapi itu bukan menjadi alasan untuk kita takut terjun dan mencoba pengalaman baru. Bukan hanya pengalaman baru, melainkan sebuah pembalajaran luar biasa yang nantinya akan diceritakan pada teman-teman lainnya yang belum sempat ikut dalam kegiatan Indonesia Menanam.
Jika boleh ngomong lebay mumpung kegiatan berhubungan dengan HUT RI, mungkin ini lah rasa cinta tanah, dimana darah keluar untuk kelestarian diatas tanah Ibu Pertiwi. Seperti perjuangan para pahlawan yang darahnya telah membasahi tanah negeri ini demi keceriaan dan kebahagian kami masyarakat Indonesia saat ini. Tanpa perjuangan mereka, belum tentu kemaren terselenggara Kampanye Indonesia Menanam.
BACA JUGA:
Ibu Pertiwi tersenyum haru melihat semangat dan keceriaan peserta menanam mangrove meskipun darah mengalir, luka menyayat, air mata menetes dan peluh membasahi tubuh. Tetapi disitulah Ibu Pertiwi melihat dan masih punya harapan adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam jiwa anak-anak muda. Anak-anak muda yang masih mampu menghidupkan hati mereka untuk lingkungan. Mungkin sebenarnya Ibu Pertiwi ingin mengatakan bahwa 'semesta berterima kasih'.
Berikut Video sederhana acara penanaman Tanaman Mangrove sebanyak 20.000 tanaman yang diikut lebih dari 3000 peserta
Berikut Video sederhana acara penanaman Tanaman Mangrove sebanyak 20.000 tanaman yang diikut lebih dari 3000 peserta
Ingin tau berapa harga dan paket edukasi di Hutan Mangrove Kebumen, silahkan baca Menjelajahi Hutan Mangrove Kebumen
Oleh Yogi Permana | IG: @permanaglobal | Twitter: @permanaglobal
Demikianlah artikel dari atmosferku.com mengenai Penanaman Mangrove: Bukan Euforianya tapi Tentang Menghidupkan Hati Semoga dapat menambah pengetahuan tentang wisata di Indonesia dan Kebumen pada khususnya. Jika Anda menyukai informasi ini, mohon share dengan memberikan like, twit atau bekomentar di bawah ini sehingga bisa menjadi referensi bagi teman jejaring sosial Anda. Terima kasih.