Memaknai Hari Kebangkitan Nasional [1]
Hari ini Rabu, tanggal
20 Mei 2014 memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Sebenarnya apa sih maksud
dari kebangkitan nasioanl dan bagaimana sejarahnya?
Mari kita bahas sedikit, Kebangkitan nasional merupakan masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan,
Kesatuan, dan Nasionalisme serta
kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik
Indonesia, yang sebelumnya tidak
pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu
berdirinya Boedi Oetomo (20
Mei 1908) dan ikrar Sumpah
Pemuda (28
Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik
etis yang mulai diperjuangkan
sejak masa Multatuli.
Namun sebenarnya Hari Kebangkitan Nasional itu tidak ada, yang ada adalah
kebangkitan nasional. Awal dari pergerakan nasional sebenarnya bukan karena
berdirinya Boedi Oetomo tapi diawali dengan berdirinya Sarekat Dagang
Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo. Sarekat ini awalnya berdiri
untuk menandingi dominasi pedagang Cina pada waktu itu. Kemudian berkembang
menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam.
Boedi Oetomo merupakan organisasi yang didirikan oleh mahasiswa STOVIA, pada
hari Minggu, 20 Mei 1908, pada pukul
sembilan pagi, bertempat di salah satu ruang belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia menyatakan bahwa
hari depan bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka lahirlah Boedi
Oetomo. Tapi dengan berjalannya waktu pemegang peranan-peranan penting
dalam organisasi ini adalah para bangsawan atau priyayi dari keraton. Selain
itu Boedi Oetomo juga bersikap kooperatif terhadap kolonial belanda sebab
banyak anggotanya yang dekat dengan pemerintah Belanda. Dan sebagian ada yang bekerja
untuk pemerintahan Belanda. Jadi sangat tidak pas jika Tanggal berdirinya Boedi
Oetomo diperingati sebagai hari kebangkitan nasional. Menurut saya, yang pantas dijadikan sebagai kebangkitan bangsa yakni tanggal 28 Oktober 1928, dimana semangat nasionalis para pemuda menggelora.
Sejatinya tidak ada Hari Kebangkitan Nasional. Dan bukan kapan tanggal yang
tepat untuk dijadikan Hari Kebangkitan Nasional, tetapi bagaimana kita memaknai
kebangkitan nasional itu. Tidak ada Hari Kebangkitan Nasional, tapi kebangkitan
nasional itu ada. Tidak perlu terlalu jauh memperdebatkan mengenai tanggalnya,
tapi mari kita maknai semangat kebangkitan nasional dalam jiwa kita.
Mari kita bahas sedikit, Kebangkitan nasional merupakan masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.
Namun sebenarnya Hari Kebangkitan Nasional itu tidak ada, yang ada adalah kebangkitan nasional. Awal dari pergerakan nasional sebenarnya bukan karena berdirinya Boedi Oetomo tapi diawali dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo. Sarekat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Cina pada waktu itu. Kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam.
Boedi Oetomo merupakan organisasi yang didirikan oleh mahasiswa STOVIA, pada hari Minggu, 20 Mei 1908, pada pukul sembilan pagi, bertempat di salah satu ruang belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia menyatakan bahwa hari depan bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka lahirlah Boedi Oetomo. Tapi dengan berjalannya waktu pemegang peranan-peranan penting dalam organisasi ini adalah para bangsawan atau priyayi dari keraton. Selain itu Boedi Oetomo juga bersikap kooperatif terhadap kolonial belanda sebab banyak anggotanya yang dekat dengan pemerintah Belanda. Dan sebagian ada yang bekerja untuk pemerintahan Belanda. Jadi sangat tidak pas jika Tanggal berdirinya Boedi Oetomo diperingati sebagai hari kebangkitan nasional. Menurut saya, yang pantas dijadikan sebagai kebangkitan bangsa yakni tanggal 28 Oktober 1928, dimana semangat nasionalis para pemuda menggelora.
Sejatinya tidak ada Hari Kebangkitan Nasional. Dan bukan kapan tanggal yang tepat untuk dijadikan Hari Kebangkitan Nasional, tetapi bagaimana kita memaknai kebangkitan nasional itu. Tidak ada Hari Kebangkitan Nasional, tapi kebangkitan nasional itu ada. Tidak perlu terlalu jauh memperdebatkan mengenai tanggalnya, tapi mari kita maknai semangat kebangkitan nasional dalam jiwa kita.