Sudah Pantaskah Aku Dihatimu?
Sebuah artikel dari atmosferku.com yang berjudul Sudah Pantaskah Aku Dihatimu?, tentang kegelisahan memandang seseorang sebagai calon pendamping lahir dan batin sekaligus sebagai pelindung dirinya dari segala fitnah di dunia yang berhubungan dengan pasangan.
Mempunyai pendamping hidup (jodoh) merupakan dambaan setiap insan. Apalagi jodoh yang soleh/ solehah, pasti siapa sih yang tidak berharap begitu? iya tidak? *tuh yang single langsung pada teriak histeris "itu aku banget", padahal saya ngomongnya sambil bercermin.. ^ ^
Coba tanya orang disekitarmu dan tanya diri kita sendiri, kriteria jodoh itu seperti apa, sebagian pasti akan menjawab yang baik, yang pengertian, yang sabar, yang nerima apa adanya bukan adanya apa, yang ganteng, yang cantik, namun ada yang sering bilang gini, jika ia lelaki pasti mengharapkan yang solehah untuk jadi istrinya, dan jika ia wanita akan mengharapkan yang soleh untuk jadi suaminya. Memang itu hal yang wajar, dalam membina rumah tangga jika sudah soleh maupun solehah akan mampu mengarungi mahligai rumah tangga karena keduanya yakin Allah lah yang utama diantara mereka. Bukan perasaan mereka terhadap satu sama lain, bukan hanya sekedar keinginan dari ego masing-masing. Namun, semua akan dikembalikan pada Sang Maha Kuasa. Keduanya akan erat berpegangan satu sama lain untuk terus yakin bahwa ada Allah, ada Allah, menjadikan tenang, dan semua akan baik-baik saja. Inget!! itu jika keduanya pasangan soleh dan solehah ya!! Lain lagi jika itu pasangan Mukidi dan Mukiyem, hehe..
Sungguh sangat manusiawi sekali, jika apa yang kita harapkan adalah mendapatkan yang terbaik. Meskipun pribadi sendiri belum tentu baik, tapi dalam hatinya pasti punya harapan ingin mempunyai jodoh yang baik, Bukankah demikian?
Terlihat sangat keterlaluan ketika ego menjadi titik beratnya, tanpa melihat apa yang terkandung di dalam pribadi sendiri. Tanpa harus melewati fase bercermin terlebih dahulu melihat diri sendiri! Ini yang sekarang banyak terjadi di era modern.
Sungguh konyol ketika kita berharap mendapatkan jodoh yang terbaik, pendamping yang hatinya terpaut pada Allah. Tetapi tidak pernah melakukan seruan pada diri sendiri, bahwa diri ini pun harus terpaut pada Allah jika ingin mendapatkan pendamping yang demikian. Bukankah Allah sudah mengatur Jodoh kita masing-masing dari cerminan diri kita sendiri? dalam firmanNya QS An Nur : 26
Ya, Cerminan dari diri sendiri. Oleh sebab itup pernahkah kita berpikir sudah pantaskah kita bersemayam dihatinya? Bisakah kira-kira menjawabnya? Mungkin kepala akan ditundukkan, sambil merenung, "Sudah pantaskah aku dihatimu?"
Itu hanyalah beberapa harapan tentang kriteria pendamping hidup kelak, yang pasti setiap orang mempunyai harapan yang berbeda-beda perihal pendamping hidupnya. Semuanya punya kriteria masing-masing, karena harapan tergantung dari pribadi kita masing-masing. Uraian di atas hanya sedikit dari harapan beberapa orang, yang kemudian saya tuliskan. Harapannya indah, tetapi tidak konsisten dalam menjemput harapan tersebut. Malah melakukan kebalikannya, kebanyakan hanya menginginkan secara instan dengan langsung mendapatkan sesuai dengan apa yang diharapkan. Ibaratnya kita pengen kenyang, tapi tidak ingin memasukan makanan melalui mulut.
Tak perlu lah berlagak sombong dengan bilang, "akh dia bukan kriteria saya", bahkan sebagian dari kita ada yang vulgar SARA banget tuh," dia jelek, item, pendek, gak banget deh". Sungguh, jika ada yang ngomong demikian, harusnya bercermin terlebih dahulu, apakah jelas lebih lebih baik?? kalau seperti itu, apa ya pantas kita punya pendamping yang santun? secara logika, tidak pantas. Namun lain cerita ketika kita mau merubah perkataannya menjadi lebih santun.
Bukankah jika punya harapan, kita sendiri harus mampu memantaskan diri agar mampu menggapai harapan tersebut? bukankah begitu?
Bukankah jika kita ingin menjadi sarjana, kita mesti kuliah terlebih dahulu? kuliah pun kita mesti dinilai apakah sudah pantas mendapat gelar menjadi seorang sarjana?? iya atau iya banget?
Nah, begitu pun tentang jodoh, apakah kita sendiri sudah pantas mendapatkan jodoh dengan kriteria yang demikian? coba lah mulai sekarang untuk memantaskan diri sesuai dengan apa yang kita harapkan. Jika ingin pendamping hidup yang dekat dan cinta sama Allah, maka kita sendiri pun mesti selalu berusaha untuk dekat dan cinta sama Allah.
InshaaAllah, dengan memantaskan diri dihadapan Allah. Nantinya jodoh kita pun yang Allah pilihkan pantas buat kita. Janji Allah itu pasti, yang keji untuk yang keji, yang baik untuk yang baik. Berarti jika kita dekat sama Allah, jodoh kitapun yang dekat sama Allah. InshaaAllah.. *Tuh kan yang single langsung pada tertunduk, (padahal saya masih bercermin) ^ ^
Demikianlah artikel dari atmosferku.com tentang Sudah Pantaskah Aku Dihatimu?. Jika Anda menyukai dan juga bermanfaat untuk yang lain informasi ini, mohon share dengan memberikan like, twit atau berkomentar di bawah ini sehingga bisa menjadi referensi bagi sahabat semua di jejaring sosial Anda. Terima kasih.
Coba tanya orang disekitarmu dan tanya diri kita sendiri, kriteria jodoh itu seperti apa, sebagian pasti akan menjawab yang baik, yang pengertian, yang sabar, yang nerima apa adanya bukan adanya apa, yang ganteng, yang cantik, namun ada yang sering bilang gini, jika ia lelaki pasti mengharapkan yang solehah untuk jadi istrinya, dan jika ia wanita akan mengharapkan yang soleh untuk jadi suaminya. Memang itu hal yang wajar, dalam membina rumah tangga jika sudah soleh maupun solehah akan mampu mengarungi mahligai rumah tangga karena keduanya yakin Allah lah yang utama diantara mereka. Bukan perasaan mereka terhadap satu sama lain, bukan hanya sekedar keinginan dari ego masing-masing. Namun, semua akan dikembalikan pada Sang Maha Kuasa. Keduanya akan erat berpegangan satu sama lain untuk terus yakin bahwa ada Allah, ada Allah, menjadikan tenang, dan semua akan baik-baik saja. Inget!! itu jika keduanya pasangan soleh dan solehah ya!! Lain lagi jika itu pasangan Mukidi dan Mukiyem, hehe..
BACA JUGA :
Sungguh sangat manusiawi sekali, jika apa yang kita harapkan adalah mendapatkan yang terbaik. Meskipun pribadi sendiri belum tentu baik, tapi dalam hatinya pasti punya harapan ingin mempunyai jodoh yang baik, Bukankah demikian?
Terlihat sangat keterlaluan ketika ego menjadi titik beratnya, tanpa melihat apa yang terkandung di dalam pribadi sendiri. Tanpa harus melewati fase bercermin terlebih dahulu melihat diri sendiri! Ini yang sekarang banyak terjadi di era modern.
Sungguh konyol ketika kita berharap mendapatkan jodoh yang terbaik, pendamping yang hatinya terpaut pada Allah. Tetapi tidak pernah melakukan seruan pada diri sendiri, bahwa diri ini pun harus terpaut pada Allah jika ingin mendapatkan pendamping yang demikian. Bukankah Allah sudah mengatur Jodoh kita masing-masing dari cerminan diri kita sendiri? dalam firmanNya QS An Nur : 26
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).Dari ayat di atas sudah sangat jelas ditegaskan, bagaimana jodoh kita nantinya. Semua tergantung dari perilaku kita sendiri, baik atau buruk. Karena menurut petuah bijak, Jodoh adalah cerminan dari diri sendiri.
Ya, Cerminan dari diri sendiri. Oleh sebab itup pernahkah kita berpikir sudah pantaskah kita bersemayam dihatinya? Bisakah kira-kira menjawabnya? Mungkin kepala akan ditundukkan, sambil merenung, "Sudah pantaskah aku dihatimu?"
- Mengharapkan ia yang baik hati, sedangkan kita diri sendiri tidak mau berbaik hati sama orang lain malah sering berlaku kejam ( BACA : cara agar enak menjadi orang kejam )
- Mengharapkan ia yang selalu berpikiran positif, sedangkan kita sendiri masih sering berprasangka buruk
- Mengharapkan ia yang menerima apa adanya, sedangkan kita sendiri masih mencari cacatnya orang lain. ( BACA : Bagaimana kita harus bersikap pada orang lain )
- Mengharapkan ia yang baik terhadap keluarga, sedangkan kita sendiri masih acuh terhadap keluarga
- Mengharapkan ia yang mempunyai sikap hemat, sedangkan kita sendiri masih sering membelanjakan untuk hal yang tidak perlu seperti merokok, ataupun sejenisnya.
- Mengharapkan ia yang penyabar, sedangkan kita sendiri masih mudah sekali marah. ( BACA : Bersabarlah Sampai Datang Kematian )
- Mengharapkan ia yang pemaaf, sedangkan kita sendiri masih menabung dengki. ( BACA : Manfaat dibalik kata maaf )
- Mengharapkan ia yang masih suci, sedangkan kita sendiri tak berani menjauh dari yang namanya pacaran. (Baca : Apa Sih Enaknya Pacaran? Dapat Pahala atau Dosa? )
- Mengharapkan ia yang rajin sholat, sedangkan kita sendiri masih sering melalaikan sholat
- Mengharapkan ia yang menutup auratnya, sedangkan kita sendiri masih meliarkan pandangan.
- Mengharapkan ia yang dekat dengan Al Qur'an, tapi kita sendiri masih menjauhkan diri dari Al Qur'an.
- Mengharapkan ia yang rajin sedekah, sedangkan kita sendiri masih menahan uang didompet.
- Mengharapkan ia yang sempurna, sedangkan kita sendiri tidak mau mendekatkan diri pada yang Maha Sempurna.
Itu hanyalah beberapa harapan tentang kriteria pendamping hidup kelak, yang pasti setiap orang mempunyai harapan yang berbeda-beda perihal pendamping hidupnya. Semuanya punya kriteria masing-masing, karena harapan tergantung dari pribadi kita masing-masing. Uraian di atas hanya sedikit dari harapan beberapa orang, yang kemudian saya tuliskan. Harapannya indah, tetapi tidak konsisten dalam menjemput harapan tersebut. Malah melakukan kebalikannya, kebanyakan hanya menginginkan secara instan dengan langsung mendapatkan sesuai dengan apa yang diharapkan. Ibaratnya kita pengen kenyang, tapi tidak ingin memasukan makanan melalui mulut.
Tak perlu lah berlagak sombong dengan bilang, "akh dia bukan kriteria saya", bahkan sebagian dari kita ada yang vulgar SARA banget tuh," dia jelek, item, pendek, gak banget deh". Sungguh, jika ada yang ngomong demikian, harusnya bercermin terlebih dahulu, apakah jelas lebih lebih baik?? kalau seperti itu, apa ya pantas kita punya pendamping yang santun? secara logika, tidak pantas. Namun lain cerita ketika kita mau merubah perkataannya menjadi lebih santun.
Bukankah jika punya harapan, kita sendiri harus mampu memantaskan diri agar mampu menggapai harapan tersebut? bukankah begitu?
Bukankah jika kita ingin menjadi sarjana, kita mesti kuliah terlebih dahulu? kuliah pun kita mesti dinilai apakah sudah pantas mendapat gelar menjadi seorang sarjana?? iya atau iya banget?
BACA JUGA :
Nah, begitu pun tentang jodoh, apakah kita sendiri sudah pantas mendapatkan jodoh dengan kriteria yang demikian? coba lah mulai sekarang untuk memantaskan diri sesuai dengan apa yang kita harapkan. Jika ingin pendamping hidup yang dekat dan cinta sama Allah, maka kita sendiri pun mesti selalu berusaha untuk dekat dan cinta sama Allah.
InshaaAllah, dengan memantaskan diri dihadapan Allah. Nantinya jodoh kita pun yang Allah pilihkan pantas buat kita. Janji Allah itu pasti, yang keji untuk yang keji, yang baik untuk yang baik. Berarti jika kita dekat sama Allah, jodoh kitapun yang dekat sama Allah. InshaaAllah.. *Tuh kan yang single langsung pada tertunduk, (padahal saya masih bercermin) ^ ^
Oleh Yogi Permana | IG: @permanaglobal | Twitter: @permanaglobal
Demikianlah artikel dari atmosferku.com tentang Sudah Pantaskah Aku Dihatimu?. Jika Anda menyukai dan juga bermanfaat untuk yang lain informasi ini, mohon share dengan memberikan like, twit atau berkomentar di bawah ini sehingga bisa menjadi referensi bagi sahabat semua di jejaring sosial Anda. Terima kasih.