Minggu (28/8/16) merupakan perjalanan saya bersama para manusia bebatuan. Eits, ini bukan salah satu anggotanya Fantastic Four ya. Terus apa? baca terus dulu nanti juga tahu... ^^
Pada Minggu pagi, subuh-subuh buta, ekh subuh-subuh cemerlang maksudnya, saya berangkat menyatroni rumah sahabat saya untuk melakukan perjalanan. Kemudian kita berkumpul di rumah salah satu sesepuhnya, Om Pudjo. ^ ^
Kita berangkat ke daerah
Karangsambung, Kebumen. Tempatnya museum geologi terbesar dan terkomplit yang ada sekarang ini. Saya ngetrip bareng manusia bebatuan maksudnya mereka itu orang suka dengan segala bentuk bebatuan, termasuk kategori orang-orang yang berjiwa seni. Saya ikut mereka hunting batu, untuk mengetahui daerah Karangsambung yang masih alami.
Meskipun disini saya paling muda bukan berarti saya menang tua. hehe.. ^ ^
Sekitar hampir setahun yang lalu, fenomena batu akik sempat menimbulkan genggap gempita bagi masyarakat Kebumen, hampir sebagian mendadak menjadi pengrajin batua (akik). Apalagi Kebumen mempunyai daerah dengan batuan yang terkomplit, batuan yang sempat menjadi fenomena adalah Batu Ginggang, Batu Pancawarna, Batu Badar Besi, Batu Galih Asem, batu fosil, dan masih banyak beragam macam bebatuan yang lain termasuk batu giok.
Perjalanan ke
Karangsambung selalu menghadirkan rasa tersendiri, rasa yang tak mau ditinggalkan. Karena perjalanan ke
Karangsambung melewati daerah persawahan yang dikelilingi bukit indah nan mempesona. Apa lagi waktunya di pagi hari, wuuuiiiih.. udaranya gaezzz, sejuaaaak banget. Seger deh pokoknya, dimana dalam perjalanan masih banyak orang yang berolah raga. Ibu-ibu hamil dengan didampingi suami tercinta sedang olah raga jalan, pasti bikin mupeng tuh buat yang statusnya jomblo-jomblo. Akh yang nulis aja belum nikah kok!! eits tunggu dulu, saya memang belum nikah tetapi status saya bukan jomblo melainkan anak nomer dua dari 3 bersaudara. Nah looh....
Sudah, tidak usah dipermasalahkan, kembali ke pokok bahasan. Tidak hanya dihidangkan pemandangan yang luar biasa, tetapi juga track yang jozzz. Jalan yang naik turun, dan melewati jalan yang beberapa waktu lalu sempat tertutup oleh longsoran tanah yang hebat. Memang, jalanan menuju ketujuan kita melewati tebing-tebing yang masih berupa tanah merah. Jadi jika hujan deras disarankan jangan melakukan perjalanan ke Karangsambung-Sadang, hanya untuk berjaga-jaga.
|
Menyuguhkan Persawahan dan Bukit |
Motor yang sehat akan mengurangi hambatan dalam perjalanan. Tracking yang naik turun mengharuskan kendaraan bermotor kita sehat wal'afiat. Meskipun dalam perjalanan tidak tidak akan tahu apa yang terjadi. Seperti perjalanan kami, tetap mendapat sedikit hambatan.
|
anak-anak bermain dibendugan Kali Gending, Karangsambung |
Kali Gending menjadi pemandangan pertama dengan bendungannya, spot pemandangan disini pun sangat indah. Sungai Lukulo atau yang biasa dilafalkan 'Kali Lukulo' terlihat menawan dengan kelokannya beserta pendampingnya yang setia yakni bebetuan besar. Di Kali Gending ini, kita akan disuguhkan dengan tebing bebatuan yang sanguaattt besar menjulang tinggi. Mungkin menjadi salah satu batuan yang selalu menarik hati para ahli geologi. Sayang sekali, karena memburu waktu, saya tidak sempat memotret batuan tersebut. (semoga next time bisa saya potret).
|
Jalan menuju TKP masih halus dan menawan, apa ga pengen tuh kesini? |
Awalnya jalanan yang dilewati masih dalam beraspal, belum yang sulit. di depan kita akan melewatui jalan yang licin dan berbatu setelah melewati jalan beraspal. Tak lupa juga kita menyempatkan untuk foto bersama dengan latar pemandangan bukit tertutup kabut dan batu besar.
|
Foto bersama ditepi jalan dengan background batu dan pemandangan |
|
Berpindah posisi agar spot pemandangannya lebih luas. ^ ^ |
Perjalanan pun dilanjutkan, dan kali ini melewati jalan yang kondisinya amajing. Bebatuan kecil nan licin. Harus sangat ekstra hati-hati melewati jalan tersebut. Meskipun jalan licin, tetap saja kita disuguhkan pemandangan dan udara yang sangat segerrrr bercampur kabut. Jadi berasa gimana gitu ketika udara melewati rongga hidung.
|
Jalan Akses menuju sungai masih alami dan berkabut sekelilingnya |
Karangsambung merupakan dataran yang cukup tinggi, kami berangkat dipagi hari sehingga masih menjumpai kabut yang tebal apalagi malamnya sempat hujan, semakin menggumpal tuh kabut.
|
Lapangan sepak bola pun masih terselimuti kabut |
Sempat juga kita berhenti disebuah lapangan sepak bola yang masih tertutupi kabut. Sinar matahari pagi pun masih terlihat susah menembus barikade kabut pagi. Disitulah nuansa lain dan beda yang jarang ditemui kita di daerah dataran rendah.
.
Disini ada sedikit tragedi yang menyakitkan, tatkala saya menyetandar motor. Kemudian saya meninggalkan motor, tanpa tersadari jatuh dengan tiba-tiba. Tebeng motor pecah. Pada saat diberdirikan, distater, sempet tidak mau nyala. Disitu lah terkadang kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi meskipun sudah direncanakan baik-baik, bahwa kita harus siap melihat apa yang tidak terlihat (kaya sub judul
Buku Panah-Panah Cinta saja). Alhamdulillah, setelah dicoba beberapa kali distater, bisa nyala juga. Kita pun melanjutkan perjalanan dengan menuruni jalan bebatuan yang licin serta jalan masih tanah merah yang bikin roda makin licin. Dalam kondisi seperti ini, fokus menjadi yang utama. Lengah sedikit bisa guling kita, roda sempat beberapa kali tergelincir dan beberapa kali sahabat yang saya bonceng turun untuk mengurangi beban biar lancar.
Beberapa kali melewati medan yang aduhai, akhirnya kita sampai juga di sungai yang menjadi tujuan kita. Sudah sedikit siang sih sampainya, tapi tak mengapa, masih bisa menikmati keindahannya dan terihat mempesona dibawah terik sang surya.
|
Sungai dilihat dari atas, tepatnya dari jembatan. |
Langsung saja tanpa basa-basi kita turun, dan langsung menaruh tas serta barang-barang yang lain di atas bebatuan. Kemudian saling menyebar mencari bebatuan yang bernilai seni. Bagaimana menilai bebatuan bernilai seni tinggi? entah lah, sampai menulis ini pun saya belum memahaminya. Tapi kata sahabat-sahabat saya itu, mereka menilai dengan sebuah imajinasi tinggi. Itulah bedanya orang awam dengan yang berjiwa seni, perlu disadari dan perlu dipahami dengan belajar yang extra agar mampu mengerti seni bebatuan.
|
Saling menyebar, mencari batuan yang unik |
|
Sesekali diskusi, imajinasi apa yang pantas untuk batuan yang ditemukan |
|
Sampai mencari ke tepian sungai |
|
Membayangkan bentuk batuan, ini bentuk apa yaa..^ ^ |
Meskipun saya tidak mengerti tentang bebatuan, tetapi saya menikmatinya. Menikmati petualangannya, sambil memotret pemandangan serta aktifitas di sekitar sungai. Salah satunya adalah seorang bapak yang sedang mencuci Krekel. Apa itu Krekel? merupakan singkong yang telah dikeringkan. cara membuat krekel tergolong sangat
mudah. Mula2 singkong di kupas lalu dicuci hingga bersih untuk
selanjutnya di rendam selama 3 hari setelah itu di buang air rendamanya
kemudian singkong tersebut sudah menjadi krekel basah, agar krekel awat
jemur sampai benar2 kering. Pengolahan makanan yg terbuat dari krekel
diantaranya nasi tiwul, dll.
|
Seorang membawa krekel untuk di cuci dialiran sungai |
|
Mencuci krekel di aliran sungai sangat memudahkan si Bapak |
|
Setelah dicuci, krekel kemudian dijemur agar lebih awet |
Ternyata masyarakat sekitar sungai kebanyakan adalah pembuat krekel, yang nantinya bisa dijual dalam bentuk nasi tiwul. Prosesnya pun cukup lama, bisa sampai satu minggu. Makanya jika membeli krekel jangan lah terlalu menawar secara afgan (sadiz), karena prosesnya saja sudah membutuhkan waktu. Hargailah jerih payah mereka. Ya atau ya?
Selain foto-foto di atas ada beberapa foto yang saya ambil, pemandangan khas bebatuan. Berikut foto-fotonya :
|
Foto diambil dari bawah, batuan dijadikan foreground |
|
Corak indah bebatuan Karangsambung |
|
Tepian berupa tebing bebatuan kokoh, pelindung aliran sungai |
|
Disisi lain, bebatuan terlihat seperti sebuah bentuk patahan |
|
Sejuk, indah, dan kokoh yang disuguhkan Sungai di Karangsambung |
Melihat foto-foto bebatuan diatas, kita menjadi tahu itulah kenapa
Karangsambung mendapat julukan museum geologi yang terlengkap di dunia. Beraneka ragam bebatuan tanpa malu dan tanpa menyembunyikan dirinya, terlihat disepanjang jalanan Karangsambung. Berbagai batuan ada disini, dan bahkan batuan purba seperti yang ada di
Gunung Api Purba, Yogyakarta juga ada di
Karangsambung. Mahasiswa dari jurusan geologi, geografi pun sering berseliweran di Karangsambung.
|
Secangkir kopi menjadi sahabat lelah kita |
Tidak lupa kita membawa kopi dengan gelas dari
kerajinan bathok kelapa, hmm nuansa alami tersaji. Belum pernah merasakan nikmatnya ngopi dengan gelas terbuat dari Bathok Kelapa? sayang sekali, hehe..
Segelas kopi cukup menjadi pelepas lelah setelah menyisir sungai mencari bebatuan unik. Oh ya, para manusia bebatuan menyebutnya "Suiseki" (bebatuan yang keindahannya terbentuk karena proses alami).
|
Jejak kaki apa?? |
Tanpa segaja, kita menemukan jejak kaki dengan jari berjumlah 3.
"Ini jejak kaki seekor Raptors (sejenis dinosaurus lincah pemakan daging)", pikir saya sebagai candaan disiang bolong. Hehe..
Ini hanyalah jejak seekor ayam yang berkeliaran mencari makan ditepian sungai. Jadi, saking perawannya disini, binatang pun masih dengan leluasa berkeliaran tanpa takut nanti ketabrak mobil. ^ ^
Peribahasa ada udang dibalik batu pun akan berubah menjadi ada katak dibalik batu karena batuan disini menjadi tempat yang nyaman untuk berlindung.
|
Ada Katak dibalik Batu |
Begitulah perjalanan saya ngetrip bareng manusia bebatuan. Trip selanjutnya bersama mereka mungkin akan lebih seru lagi di daerah Karangsambung dengan lokasi yang berbeda. Ngomongin tentang Karangsambung, memang wilayah ini memiliki potensi yang sangat luar biasa. Dari segi wisata saja ada banyak disini, ada
Bukit Pentulu Indah (
klik disini untuk melihat review Bukit Pentulu Indah), ada Museum Geologi LIPI, ada
Goa Silodong, ada
Air Terjun Wadasmalang, ada-ada yang lain dari
pesona-pesona alam yang ada di Karangsambung.
Demikian lah kisah perjalanan saya dengan sahabat saya saat hunting batu suiseki di daerah Karangsambung, Kebumen.
Semoga artikel dari
atmosferku.com mengenai
Ngetrip Bareng Manusia Bebatuan
Semoga dapat menambah pengetahuan sejarah Indonesia. Jika Anda menyukai
informasi ini, mohon share dengan memberikan like, twit atau bekomentar
di bawah ini sehingga bisa menjadi referensi bagi teman jejaring sosial
Anda. Terima kasih.